RED STRING ( Part 1 )

Angin sore yang begitu tenang, membelai lembut wajahku. Kuhirup dalam-dalam udara itu lalu kuhembuskan kembali. Tanpa kusadari senyum tipis terulas di bibirku. Entah kenapa, aku pun tak tahu. Sudah setengah jam lebih aku duduk di bangku taman ini. Ya, hanya duduk seorang diri tanpa melakukan sesuatu. Kuperhatikan sekelilingku 'Hh.. Masih sama' ucap batinku. Tak sengaja inderaku menangkap sesuatu di sudut taman ini. Kulangkahkan kakiku mendekat ke 'sesuatu' itu. Dekat, dan semakin dekat. Hingga sekarang aku sudah berada di hadapan 'sesuatu' itu. Kutatap dengan seksama 'sesuatu' itu. Perlahan tatapanku mulai buram. Yaa cairan bening itu telah memenuhi kornea mataku. Dengan sekali kedipan sudah ku pastikan, cairan itu akan mengalir dipipiku. Perlahan ku sentuh 'sesuatu' di hadapanku itu. Sesuatu yang dulu menjadi tempat bermainku. Tempat kesenanganku. Tempat dimana aku bertemu dengan dia. Juga tempat dimana menjadi saksi bisu awal cintaku. Hh kuhembuskan nafasku pelan. Segera aku duduk di salah satu bangku 'sesuatu' itu. Lalu kuayunkan tubuhku dengan perlahan. Lalu ku pejamkan kedua mataku, menikmati angin yang semakin terasa menerpaku. Kubiarkan ayunan itu terus berayun dan berayun. Membawaku menuju ke masa itu. 

***** 
Pipp...pipp..pippp 
Suara bising klakson mobil memenuhi indera pendengaranku. 
"Huh selalu saja begini" Gumamku. Yaa beginilah akibatnya tinggal di kota besar. Harus bisa mempertebal kesabaran. Kenapa aku bilang kayak begitu? Kalian lihat aja nih sekarang mobil aku terjebak di tengah-tengah macet. Salahku juga sih yang bangun kesiangan, hehehe. Yaa tapi kan tetep aja judulnya sekarang aku lagi bete -_- 
Kulirik jam tangan merah yang melingkar di pergelangan tanganku. WHATT!! Mampus 20 menit lagi aku yakin bel masuk sekolah berbunyi. Dan itu artinya aku bakal terlambat. 
"Pak Ri.. Cepetan dong. Aku udah telat nih" Kataku ke Pak Ri -supirku- 
"Aduh, nggak bisa neng. Ini macet banget susah kalau mau nyelip neng" jawab pak Ri 
"Ya udah pak, kecilin aja mobilnya biar bisa nyelip! Cepet pak" kataku tak sabaran. 
"Walaah nggak bisa kali neng" 
"nggak bisa ya pak? Terbangin aja deh pak kalau begitu, terbangin pak" kataku asal 
"Yaelah neng dikecilin aja nggak bisa, apalagi di terbangin neng. Saya mah bukan penyihir atuh neng. It's Impossible... Impossible... Impossible.." Gila supirku aja bisa nyanyi inggris.. Ckckck. 
Denger jawaban pak Ri tadi hampir ngebuat aku putus asa. Tapi... Aha! Aku menjentikkan jariku. Segera ku sampirkan tas ranselku di punggungku. Tarik nafas lalu hembuskan. Tanpa meminta izin, aku segera keluar dari mobil dan langsung berlari. Ku tebak Pak Ri pasti terkejut dengan kenekatanku. Samar kudengar Pak Ri meneriakkan namaku. Tapi tak kuhiraukan. Aku berusaha mencari celah untuk berlari. Peluh keringat keluar dari pori pori kulitku. Wajar, cuaca pagi ini memang panas. Aku terus berlari dan berlari. Hingga aku telah berlari memasuki kompleks sekolahku. Aku berhenti sejenak mengatur nafasku yang memburu. Ku seka peluh yang membasahi dahiku. Tak sengaja kulirik jam tanganku, 07:05 tak ada waktu, 5 menit lagi aku akan benar benar terlambat. Tanpa membuang waktu lebih lama kulanjutkan lariku. Hingga aku mulai melihat pintu gerbang sekolahku. Eh tapi.. Tunggu.. MAMPUS!! Pintunya udah di tutup. Aku berlari lagi, kali ini lebih cepat. Dari luar aku melihat pak Satpam yang sedang duduk santai di pos keamanan. 
"Pak!! Pak satpam bukain dong pintunya!" teriakku. Satpam itu menoleh kearahku. Lalu berjalan mendekati gerbang. 
"Pak pintunya buka ya pak! Please" kataku memohon 
"Tidak bisa, kau sudah terlambat 30 detik" kata pak satpam. Lengkap dengan logat Bataknya. 'Gila, lewat 30 detik doang, udah terlambat' pikirku 
"Yaelah pak lewat 30 detik doang pak, masa terlambat?!" 
"Ini memang sudah peraturannya, dan sekarang kamu sudah terlambat 2 menit" 
"Hah! 2 menit? Masya Allah! Gimana nggak terlambat 2 menit pak. Orang bapak nggak bukain saya pintunya!" protesku 
"Kan saya sudah bilang, ini sudah aturan sekolah pasal 101 (buset dah)! Jadi silahkan kamu pulang" usir pak Satpam. Hheh! Bukan aku namanya kalau nggak punya ide. Oke saatnya beraksi. 
"Hhh.. Yaudah deh pak. Saya bakal pulang. Tapi kalau entar saya di tanya sama orang tua saya. Saya akan bilang, kalau saya diusir, dan dilarang menimba ilmu di sini. Dan saya akan ngelaporin bapak ke HAT! Hak Anak Terlambat *emang ada?* biar bapak nanti dipecat, dihukum, dan dipenjars pak! Saya pulang dulu pak" kataku sok dramatis, sambil berpura-pura akan melangkah pergi. 
"Tunggu..!!"


Artikel Terkait

0 komentar: