Ironi



kini tibalah saatnya kita bertemu dengan sebuah titik,
dimana kita berada dalam bayang-bayang,
yang tiba-tiba menggembung dan meletup,
mengironi kebahagiaan, merenggut petaka,
dan akhirnya memisahkan kita  jauh dan lebih jauh

kini janji itu tak seelok dulu,
termakan habis oleh waktu yang begitu kejam,
dan aku hanya bisa termangu dan menepuk tanganku, sendiri,
menyadari betapa megahnya parasmu,
yang memang membuat para setan-setan mabuk untuk mendekatimu,
sejalan dengan apa yang telah kau terbiasakan.

inilah ironi kita.
sebuah makna yang sederhana namun begitu kejam,
menemui dan menarik kita berdua ke dalam satu zona,
zona merah yang seharusnya kita lewati, jika kau mau.

sadarilah betapa indah anugerahNya untukmu
yang membuatmu utuh dan sempurna,
tingkah laku yang lembut, serta desahan suaramu yang begitu menggoda,
dan aku pun menyadari,
aku telah terjebak kedalam dunia ironi,
sebuah kefanaan yang terlalu singkat nan menyakitkan.

aku bahagia bukan karena itu semua,
tapi aku akan siap menunggu,
ketika dirimu memang lebih bahagia bersama orang lain,
dan aku telah terbiasa dengan hal itu.

[11011]