Surat Cinta: My Only One ~ARW

 Kini hujan telah beradu bersama angin yang cukup mengaduk-aduk suasana dan membuat kota ini terasa beku, sebeku hatiku. Burung-burung kutilang merah yang senantiasa bermain di bawah awan yang putih dan dipadu oleh sinar-sinar jingga sang matahari kini mulai terasa sepi, mereka tak menghibur lagi. Langit gelap kelabu bak sesosok jiwa yang terselimuti kesedihan laksana kehilangan cahaya benderangnya, senantiasa menggambarkan warna yang serupa dengan apa yang kurasakan.

Sayang tahukah kamu?

Ini adalah masa di mana aku dan kau kini saling jauh. Berada di seberang pulau, beribu-ribu mil jauhnya, pun terasa sangat menyiksa dalam kerinduan. Dadaku mengguncah laksana ingin meletup sehebat-hebatnya yang menggelegar dan menusuk-nusuk tajam semua persendianku. Entah mengapa, garis-garis horizon yang biasanya meneduhkan mataku, terbentang menjulang membentuk satu garis lurus yang indah dan dihiasi oleh setengah penampakan penguasa siang yang mulai melemahkan pesonanya serta ditemani oleh sekerlip bintang terang di atasnya, pun terasa sangat hambar kini.

Tak tahu lagi bagaimana aku dapat menafsirkan gelora yang mengguncah ini. Jika memang ada, ingin kumiliki sepasang sayap putih dan segera menyusulmu di sana dan membawamu terbang menuju taman bunga cinta yang sedang bersemi, kita berlari, saling mengejar dan kau terjatuh ke dalam pelukanku, hanya kita berdua.

Ini ungkapan rinduku, tafsiran segala gundahku, surat cintaku sayang.

Aku selalu menduga-duga bahwa kaulah permaisuri itu. Yang pernah datang secara tiba-tiba di bawah alam sadarku dengan menunggangi seekor Pegasus, menggunakan cadar dengan dihiasi sepasang mata yang indah serta selendang emas sutra yang melilit bahumu. Dan sejak saat itu aku telah bertaruh demi hidup dan matiku, aku akan mencari sosok itu. Dan aku yakin, kaulah dirinya, kaulah dia, kaulah Permaisuri anggun itu.

Sayangku nun jauh di ujung negeri ini, jika kau merindukanku, seorang pria hina dan sederhana ini, tutuplah matamu, rasakan perlahan-lahan setiap udara yang kau hirup mengisi rongga-rongga dadamu, seketika itu sebutlah namaku, bayangkanlah wajahku, dan jagalah hatimu hanya untukku.


ARM