Waktu, Waktu, dan Segala Jawaban Waktu

          Waktu akan terus berlari. Tak kenal lelah. Tak kenal haus dan lapar. Tak henti-hentinya bergerak bahkan disaat kau tertidur pulas. Dia adalah hakim sekaligus penghukum bagi siapa saja yang mengacuhkan kehadirannya. Setiap saat dia mengintai, mengawasi, dan bersiaga di belakangmu. Terkadang dia memberitahumu tentang janji-janjinya, tapi tak sedikit juga ia langsung menghukummu agar kau tahu kesalahanmu. Dia tak tampak, tak kasat mata, tak dapat kau sentuh, tak dapat kau raba. Jadi di mana kau dapat menemukannya? Tenanglah kawan, dia selalu bersemayam dalam fikiran orang-orang yang berfikir.

          Jujurlah saja wahai para pembohong kelas teri. Yang selalu berusaha membohongi waktu, seakan dia tak berakal. Benar saja, dia sangat tak berakal! Tahukah kau? Waktu tak pernah bisa kau lucuti pakaiannya. Sebagaimana pun kuatnya kalian. Sebesar apapun tenaga kalian. Dan sepintar apapun otak kalian. Waktu tak memandang tinggi rendahnya IQ (intelligence quotient) seseorang. Dia tak mengenal Einstein sekalipun. Baginya, siapapun yang bersalah kepadanya, dia akan membayarnya setimpal dengan apa yang diperbuatnya. Ya, waktu selalu berlaku adil. Menyatakan kemaha-adilan-Nya, sang pencipta dari segala pencipta. 

Lantas mengapa kali ini aku membahas tentang WAKTU?

Lihatlah waktu!
          Ini untuk seseorang yang aku teramat sayangi. Dia yang kini kuanggap sebagai pelengkap hidup dan semangatku. Seorang pendamping terhebat dalam pengejaran cita-citaku. Dia berparas anggun, yang bahkan lelaki manapun tak akan berkedip untuk memujanya. Segala tingkah laku dan sikap serta sifatnya mencerminkan pribadi yang kuat dan menggemaskan. Siapa yang tak akan mempertahankannya?
          Tetapi, aku adalah pribadi yang menomorsatukan hak asasi. Apapun yang dia senangi dan dia anggap yang terbaik baginya, maka aku pun mempersilahkan nya. Apapun yang ingin dia lakukan, lakukanlah! Tetapi aku masih menyimpan komitmen itu. Kalimat-kalimat yang dia ucapkan, lalu kutulis dalam selembar kain putih di dalam hatiku dan menyimpannya dalam-dalam. Ya, ini hanyalah sebuah komitmen dasar. Komitmen murah. Komitmen bukan janji. Dan komitmen anak-anak ingusan.

          Karena waktu. Atau karena kau tak mengakui keberadaan waktu, maka kau mempermainkannya. Memang tak mudah mempertahankan ucapan seperti membalikkan telapak tangan. Karena waktu akan terus berusaha dan membuka kedok aslimu. Siapakah kau sebenarnya. Dan bagaimanakah wujudmu sebenarnya.

          Acuhkan saja aku! Tinggalkan! Aku telah terbiasa dalam keadaan seperti ini. Yang selalu bahagia di atas kebohongan. Kebohongan terlicik yang selalu aku santap dan cicipi. Bagiku, kau adalah manusia yang mempunyai hak-hak tinggi dibandingkan dengan keberadaanku. Kau berhak atas segalanya. Dan karena kebijaksanaan waktu kepadaku, dia menunjukkan apa yang terbaik bagiku, secara perlahan-lahan, secara diam-diam. 

          Namun tidakkah kau takut kepada ancaman waktu? ataukah tidakkah kau kasihan melihat korbanmu seperti ini sekarang? Jika memang yang kau perbuat selama ini adalah yang benar dan baik untukmu, maka lebih baik aku mundur dari kehidupanmu.

          Karena waktu, sebab waktu, oleh waktu dan segala jawaban waktu. Aku percaya bahwa waktu akan terus menolongku. Terima kasih karena secara perlahan-lahan waktu telah membuka kedokmu. Maka aku menganggap bahwa ini adalah kebijaksanaan waktu yang selalu memberiku yang terbaik dan selalu memisahkanku kepada apa yang tak selayaknya aku perjuangkan.


          Dan karena kesempurnaan ini, aku berikhtiar dan bertawakkal kepadamu, ya Allah SWT, sang pencipta waktu.