Andai Mereka Tahu

Aku hanyalah segenggam jiwa yang rapuh. Yang selalu berbisik pada rerumputan dan udara.
Semuanya pun tak dapat ku kenali. Aku hanya dapat merasakan keselarasannya, berbaring di antaranya dan mengaduh bersamanya.
Aku hanya seperti mereka yang tak dipedulikan. Tapi lain halnya, mereka nampak bersatu dengan segala kebaikan alamnya, hanya berdiri dan sedikit berfikir bagaimana mereka bisa terlelap dengan tenang.
Aku hanya selalu berusaha menembus segala ketidakpastian yang kurasa kelak akan menjadi sesuatu yang amat berharga dan tak terkira. Tapi mereka tak tahu, dan mereka tak acuh.
Setiap hari Malaikat dan iblis sering beradu, mengaung-ngaung di telingaku dan berusaha menarikku ke dalam dunia yang mereka mau.
Ketika aku bercermin pun mereka nampak menghiasi dan berputar-putar di atas kepalaku. Iblis mempengaruhiku dan Malaikat pun menertawakanku.

Aku hanya ingin terjun ke dalam imajinasi khayalku, bahwa aku bisa menjadi yang terbaik untuk semua orang.
Untuk Ibu dan Ayah pun aku merencanakan sesuatu yang teramat indah. Hal yang mungkin membuat mereka terharu dan memelukku.
Andai mereka tahu, pasti akan mudah dalam menggapainya.
Bukan, bukan hanya untuk tahu. Tapi selalu menjadi pendampingku dalam menapaki tangga yang curam ini.
Andai mereka tahu, semuanya pasti akan indah.
Seindah langit sore berwarna jingga yang sampai sekarang masih kedambakan kesempurnaannya.

Aku hanya ingin diriku untuk bermimpi, setinggi-tingginya dan meraihnya sekuat mungkin.
Seberapa banyak mereka tak tahu, bahwa aku akan kering dan rapuh jika tak dibasahi oleh uluran tangannya.
Andai aku dapat menjadikan sesuatu menjadi mudah, aku hanya ingin membuat jalan yang mulus untuk hidupku. Tak akan seberat ini.

Andai mereka tahu, dan aku ingin mereka tahu, bahwa jalan yang kutempuh ini sangatlah sulit. Yang membuat mataku sulit terpejam.
Andai mereka tahu, dan aku ingin mereka tahu, bahwa sesuatu yang besar telah menungguku di sana, tapi mereka juga harus tahu bahwa itu adalah tantangan, tantangan yang hanya dapat kutembus dengan campur tanganNya.
Andai mereka tahu, dan aku ingin mereka tahu, bahwa aku bekerja karena cintaNya, karena cintaku pada Ayah dan Ibu, dan memikul tanggung jawab atas apa yang mereka berikan kepadaku.

"Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan
semua hasrat -keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan .
Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap
pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta". (kahlil gibran: Falsafah Hidup)

Change With You

When I see your eyes
and you give me smile
I feel you're my everything
that make me high again

Now I know
you are my priceless to me
to help me go out
in this fuckin' tale

I hope you keep your hand
cause for me you're an angel
bring me,
bring me in your life

I could never let you leave me go
cause my heart is never end
I hope you stay with me

In my eyes I wanna screaming out
"this is just my self can breathe
if the story make me change with you
together in the night"

I think I need you so
cause I can not breathe when you leaving me
so please stay sweet my dear and I can tell you how
make me won

Campur Tangan Tuhan


Demi waktu, kita akan selalu berusaha
Menepis dan mencoba untuk menembus segala kemungkinan yang ada
Dengan satu harapan,
Agar diri merasa terpuaskan atas keringat yang telah terbuang deras.

Kadang ada yang memaki,
Ketika kita mencoba keluar dari jalur biasa
dalam kedangkalan pemikiran para orang-orang penakut.
Tak sedikit pula mimpi yang telah direncanakan dengan matang,
Terbuang dan terlupakan setelah sekian lama terhantui satu kata ‘gagal’ dari mereka.

Kini aku ingin bertanya,
Engkau lebih pilih yang mana:
Ditertawakan karena ketidak-masuk-akalan mereka,
Atau dicaci maki karena engkau menjadi seorang pecundang?

Tahukah kalian, bahwa nasib takkan berubah jika bukan kita yang mengubahnya sendiri?

Lihatlah Piramida, Tembok Besar Cina dan bangunan agung lainnya.
Ketika direncanakan akan dibangun,
Mungkin orang-orang pada masa itu tertawa terbahak-bahak,
Karena melihat satu hal yang mustahil untuk dibicarakan.
Dan mereka senantiasa berkata bahwa hal itu hanya ada dalam buku gambar anak ingusan.
Terngiang-ngiang di telinga, seakan berusaha mencuri mimpi-mimpinya.

Tapi lihatlah, semuanya telah terwujud.
Sang perancang dan pembangun telah punya mimpi dan keyakinan.
Menembus segala keterbatasan mereka, dan menjadikan dirinya teringat sepanjang masa,
Sebagai pemimpi terhebat.

Abaikan apapun kata-kata pesimis orang lain tentang mimpi anda.
Karena mereka menyadari, bahwa mereka tak sehebat diri kalian.

Kini kita berbicara tentang keputus-asaan.
Satu hal yang selalu menjadi hantu bagi siapa saja yang tidak beriman.
Apakah kalian mempunyai mimpi?
Tanamkan mimpi itu di hati dan fikiran anda.
Biarkan mengalir seperti darah dan nafasmu.
Jadikan itu sebagai senjata rahasia,
Di saat anda berfikir bahwa anda tak mampu lagi.

Jangan selalu menganggap Tuhan tidak Maha Adil.
Karena Dia selalu melihat setiap usaha.
Lakukan pekerjaan itu hingga batas kemampuan terbaik anda,
Dan pada titik itu,
Yakinlah terhadap campur tangan Tuhan atas semua hasilnya.

Tunjukkanlah diri anda kepada dunia, bahwa anda juga termasuk dalam golongan orang-orang yang hebat.

La Peregrina



Ini adalah sebuah bentuk cintaku pada mereka. Kasih sayang tiada berujung bagai untaian butiran-butiran mutiara La Peregrina, yang akan terus menemani jiwa ini dalam kegelapan, sebagai cahaya lentera, dan akan terus membawaku keluar dari dalam gua yang gelap dan terendah hina. Ayah dan Ibuku.
            Mereka adalah jiwa dan nafasku, sebagaimana mereka telah memenuhi janji-janji, titipan Illahi, bahwa aku, yang sekarang ini adalah buah dari cinta mereka, yang pahit awalnya dan akan manis akhirnya berkat perjuangannya. Tak dapat ku bayangkan sudah berapa banyak doa-doa yang terucap dari bibir mereka di setiap sujudnya, tak dapat terhitung lagi berapa banyak keringat yang menetes membasahi bajunya dan tetap tersenyum demi menjadikanku seorang manusia sempurna, seutuhnya, dan menjadikan aku sebagai udara untuknya bernafas. Dan yang juga tak dapat kuhitung dan kukira, demi aku, mereka tetap bangkit dan semangat menggelora meski telah merangkak di bawah naungan langit yang memaki, di atas tanah yang lembab dan busuk, serta terseok dan tertatih demi melihatku tak akan seburuk dirinya kelak, seberapa kuatkah optimisme dan harapan mereka kepadaku?
            Sejujurnya, saat ini, belum banyak yang bisa aku perbuat dan berikan kepada mereka. Tapi kalian harus tahu, bahwa tak sedikit pun mereka meminta dan mendesakku. Dan karena itulah, di setiap kulihat senyumnya, ku jadikan sebagai tamparan ataupun pukulan telak bagiku, untuk diriku, yang sampai saat ini hanya terus meminta dan meminta, yang hanya mampu menyalahkan jika secuil pun keinginan tak tercukupi, yang seenaknya, tanpa rasa bersalah, selalu membantah jika ada hal yang tak kusuka dari mereka, dan tak pernah sadar bahwa akulah, yang sesungguhnya, adalah beban nyata yang harus dipikul oleh mereka.
            Demi aku, mereka pun tetap berlari bersama waktu meski harus diperbudak oleh air mata. Segala keluh kesah dan keringat terhapus oleh mimpi-mimpi yang mulia, yang tertanam tepat di depan kedua matanya. Tak sedikit pun ditampakkannya, tak sedikit pun dikeluarkannya.
           
            Maka di saat aku membuka mata, sambil menghirup udara pagi yang segar, dalam sujudku, aku senantiasa berdoa agar mereka tetap selalu menjadi bagian dari diriku, menjadi lentera hidupku, dan tetap menemaniku hingga sang fajar enggan terbit lagi.
            Semua ini hanya sebagian kecil atas pembuktian cintaku padamu. Tak sehelai rambut pun. Tetapi segala harapan dari seorang anak terhadap Ayah dan Ibunya adalah ucapan bahagia dan tangis haru atas usaha demi membalaskan cinta mereka meski tak dapat terkira banyaknya. Maka, demi itu semua, aku sebagai anakmu, akan terus berusaha dan berusaha membahagiakanmu hingga senja akan memelukmu kelak.

Sosok Teristimewa


Ibu, Ibu dan Ibu.
Seperti embun di pagi hari yang hangat,
Turun membasahi sekumpulan dedaunan dan rerumputan.
Yang tak pernah memandang siapa mereka,
Begitu tulus dan bijaksana.
                      
Ibu, wanita pejuang sejati.
Beban berat terpikulnya,
Darah dan nyawa taruhannya.
Tak sedikit pun nampak kesah darinya,
Tapi senyum yang selalu mewarnai hari-harinya.


Ibu, wanita terhebat sepanjang masa.
Pemilik naluri beribu harap.
Pengendali alam semesta.
Pendekar tangguh dunia.

Ibu, wanita sosok teristimewa.
Seorang guru besar dari awal hidup seorang manusia.
Yang mengajarkan kasih sayang seutuhnya.
Yang menuliskan keindahan pada setiap kertas putih dan suci
Tanpa noda dan kotoran hina.

Tanpa peran dan kehadirannya, aku bagaikan seorang yang pincang dan tanpa arah. Dialah sosok yang teramat kupuja. Berkat pengorbanannya sehingga aku terlahir dan dapat melihat dunia ini. Berkat kasih sayangnya sehingga dunia terasa dalam pelukan. Berkat ajarannya pulalah sehingga hidup terasa lebih berarti. Tanpa seorang Ibu, kami hanyalah sebatang pohon yang kering tak berbuah. Tanpa dirinya kami bagaikan aliran sungai yang kering dikerontangkan terik matahari. Di setiap malam yang dingin, hanya pelukannyalah yang terasa hangat.
Ini untuk Ibu, sang pembawa kedamaian dalam hidup seorang manusia. Aku berharap, apapun yang terjadi, tetaplah berada di sampingku, menemaniku, dan menjagaku.