D I A

Sejak malaikat kecil itu terluka, tak seorang pun datang membawakan obat untuknya.
Ia tak mampu lagi untuk terbang, dengan segala keterbatasannya.
Ia mencoba memcari obatnya sendiri, ia membuat sayapnya yang baru.
Kini ia telah terperangkap didunia, ia
tak dapat lagi kembali ke surga dengan sayap hitamnya.
Kini ia menjadi layaknya manusia biasa. Manusia dengan segala dosanya, dengan segala kepahitan dalam hidupnya.
Dan...
Dengan kejamnya, dunia ini merubah sang malaikat kecil itu menjadi manusia kotor. Ia bahkan ternodai..
Haha.. Tidak ada yang perduli dengannya. Hanya cemooh orang yang ia terima saat ini. Siapa dia? Kenapa dia mau seperti itu? Ya, hanya dia yang tahu. Dunia yang memaksanya.

Andai saat itu dia lebih berhati-hati. Mungkin sang malaikat kecil itu telah menjelma sebagai seorang peri. Bukan sebagai manusia kotor seperti saat ini..

-ZKT-

RED STRING ( Part 3 )

'Brukk' 
”Aduh!!”aku meringis kesakitan. Tak disangka pria tadi menabrakku. Dasar buta! Umpatku dalam hati. 
”Heh! Apa anda tak bisa melihat, kalau disini ada cewek cantik nan manis jalan. Pake tabrakan segala lagi”Marahku pada pria tadi, yaa walaupun sekalian numpang narsis. Segera ku berdiri membersihkan celana dan bajuku yang sedikit kotor. Lalu kudongakkan kepalaku, menatap pria tadi. 
”Maaf!” ucap pria itu. Singkat, padat, dan jelas. Hah? Maaf? Gilaa, dia udah merusak moodku hari ini. Dan balasannya apa? Maaf? 
setelah berucap 'Maaf' pria tadi segera beranjak dari sini. Ia berjalan santai, seolah tak terjadi apa-apa. Ya sudahlah nggak penting juga. Aku segera bangkit, dan berjalan kembali menuju ayunan biru itu. Setelah sampai, perlahan kududukkan badanku di salah satu bangku ayunan itu. Kakiku kugunakan untuk mengayun ayunan ini. Kupejamkan mataku. Berusaha mencari ketenangan, dan juga berusaha mengembalikan mood ku yang hampir saja hilang. Hh.. Begitu nyaman. Semakin cepat ayunan ini berayun, semakin kuat pejaman mataku, semakin kuat juga angin yang menerpa badanku. Sedang menikmati suasana siang ini. Aku merasa seperti ada yang memperhatikanku. Segera kubuka pejaman mataku. Ku tolehkan kepalaku kekanan dan kekiri. Tak ada siapapun disini. Hanya aku, Alone. 
Sudahlah itu mungkin hanya perasaanku saja. Lagipula, ada nggaknya orang yng merhatiin aku itu nggak penting. Mata, mata orang kok. Jadi ngapain harus diladeni. Buang-buang waktu saja. Kulanjutkan aktivitasku yang tadi sempat terhenti. Sekali lagi aku menoleh kekanan. Dan... Yap! Sudah kuduga. Ternyata pria tadi yang memperhatikanku. Tapi.. Tunggu.. Tatapannya begitu kosong. Seperti menyimpan sejuta masalah. Tapi wajahnya menyiratkan sebuah ketenangan. Entah kenapa, pria ini menurutku misterius. Kuhentikan aktivitasku dan kudekati pria itu yang sedang duduk di salah satu bangku taman ini. Segera aku duduk di sisi kanan pria ini. Sepertinya pria ini belum sadar akan kehadiranku. 
Merasa di cuekkin sedaritadi. Kukibaskan tanganku di depan wajahnya. Sontak ia kaget dan menoleh kepadaku. Dia terlihat heran denan kehadiranku. 
"Hey! Perkenalkan aku Adelia Fedora! Kau bisa memanggilku Adel. Kamu?" kuulurkan tanganku untuk mengajaknya berkenalan. Ia tampak sedikit bingung. Tapi tak berapa lama ia membalas uluran tanganku. 
"Alexander Dion. Kau bisa memanggilku Dion." Ooh jadi namanya Dion, lumayan bagus. 
"Btw, kenapa kamu bisa ada disini? Bukannya tadi kamu terlihat terburu-buru?" tanyaku berusaha mencairkan suasana. Dia hanya diam. Diam? Ya hanya diam? Dan itu membuatku jengkel. 
"Haloo tuan Dion. Barusan aku menanyakan sesuatu padamu. Dan kau belum menjawab. Apakau tuli?" kataku keki sama dia. Gimana nggak keki orang dianya diem aja. 
"pertanyaan tidak bermutu" sumpah kali ini aku benar-benar jengkel sama dia. Nggak bermutu? Emangnya pertanyaan yang menurut dia bermutu itu apa? Sialan di cowok. 
"Maksud lo?" kataku nggak nyante. 
" Sorry aku harus pergi, satu lagi kamu sudah mengusikku sedari tadi. Dan itu membuatku merasa terganggu" pria itu meangkahkan kakinya keluar taman ini. Meninggalkanku yang masih meresapi kalimatnya barusan. 
Aku sama sekali tk mengerti dengan pria ini. Seharusnya aku yang merasa terganggu dengan kehadirannya. Ya sudah lah mungkin memang aku yang pengganggu. Dan well, hari ini moodku drastis turun. 
Segera ku sampirkan tas ranselku di punggungku. Kulirik jam tanganku 14:00. Hh.. Sudah lama ternyata aku disini. Di tempat ini. Aku janji aku kan selalu ke tempat ini setiap ada waktu. Tempat ini sangat nyaman. Its time to go home.. 


Lanjut Ke RED STRING ( Part 4 )


RED STRING ( Part 2 )

"Tunggu.." Kata seseorang yang sepertinya ku kenal. Aku segera menoleh ke belakang dan seketika itu aku hanya diam mematung dan shock. 'Omg dia kan guru terkiller disekolah ini. Gawatt tamatlah riwayatku' batinku berdoa 
"Adelia, kenapa kamu terlambat? Apa kamu tidak tahu ini sudah jam berapa?" tanya bu Winda. 
" Kan macet bu, tadi saya kesini juga lari bu" Jawabku berusaha setenang mungkin. Aku tak berani menatap mata sadis bu Winda. Bisa collaps aku kalau natap matanya yang wiihhh tajem banget. 
"Apa kamu tidak sedang berbohong Adelia?" Tanya bu Winda lagi 
"Iya bu, suer deh bu kalau saya bohong badan ibu tambah melarr deh" jawab ku tak sadar ' aduhhh bego, pake keceplosan lagi' sambil menutup mulutku dengan kedua tanganku. 
"APA KAMU BILANG? MELARR? ADELIAA!!" murka bu Winda. Saking murkanya, burung gereja yang mampir di atap gedung sekolah pada berterbangan. Murid-murid berlari keluar kelas (?). Karena aku masih mau hidup, Lariiiii!! Aku berlari menjauhi sekolah. Gila aja kalau aku masih di sana. Bisa mati aku dicakar, dijambak, dimutilasi (?) 
Setelah agak jauh dari sekolah, aku berhenti sejenak untuk mengatur nafas. Hh.. Yasudahlah, hari ini aku bolos aja. Segera kulanjutkan jalanku. Hari ini aku ingin beristirahat. Aku terus berjalan ke sembarang arah. Berjalan dan terus berjalan. Tak sengaja aku melihat sebuah Taman bermain yang begitu menarik perhatianku. Kulangkahkan kakiku ke sana. Warna-warni bunga terpampang jelas menghiasi taman ini. Dan ada banyak juga Aneka permainan anak anak. Namun ada satu yang justru sangat menarik perhatianku. Yaitu Ayunan biru di sudut taman itu. Kenapa menarik? Ya karena dihadapan ayunan itu terdapat sebuah danau buatan yang sangat indah. Segera kulangkahkan kakiku mendekat ke ayunan itu. bersamaan dengan itu seorang pria tampak sedang terburu-buru. Ia berlari kearahku, namun pandangannya berada di handphone yang sedang ia genggam. 
Ketika aku menyadari ada yang berlari ke arahku, aku segera menoleh ke samping kananku. Pria itu semakin dekat denganku, aku hanya mampu diam tanpa mampu menghindar. Dan akhirnya.. 
'BRUKK...' 
"Aduhh!!" 


RED STRING ( Part 1 )

Angin sore yang begitu tenang, membelai lembut wajahku. Kuhirup dalam-dalam udara itu lalu kuhembuskan kembali. Tanpa kusadari senyum tipis terulas di bibirku. Entah kenapa, aku pun tak tahu. Sudah setengah jam lebih aku duduk di bangku taman ini. Ya, hanya duduk seorang diri tanpa melakukan sesuatu. Kuperhatikan sekelilingku 'Hh.. Masih sama' ucap batinku. Tak sengaja inderaku menangkap sesuatu di sudut taman ini. Kulangkahkan kakiku mendekat ke 'sesuatu' itu. Dekat, dan semakin dekat. Hingga sekarang aku sudah berada di hadapan 'sesuatu' itu. Kutatap dengan seksama 'sesuatu' itu. Perlahan tatapanku mulai buram. Yaa cairan bening itu telah memenuhi kornea mataku. Dengan sekali kedipan sudah ku pastikan, cairan itu akan mengalir dipipiku. Perlahan ku sentuh 'sesuatu' di hadapanku itu. Sesuatu yang dulu menjadi tempat bermainku. Tempat kesenanganku. Tempat dimana aku bertemu dengan dia. Juga tempat dimana menjadi saksi bisu awal cintaku. Hh kuhembuskan nafasku pelan. Segera aku duduk di salah satu bangku 'sesuatu' itu. Lalu kuayunkan tubuhku dengan perlahan. Lalu ku pejamkan kedua mataku, menikmati angin yang semakin terasa menerpaku. Kubiarkan ayunan itu terus berayun dan berayun. Membawaku menuju ke masa itu. 

***** 
Pipp...pipp..pippp 
Suara bising klakson mobil memenuhi indera pendengaranku. 
"Huh selalu saja begini" Gumamku. Yaa beginilah akibatnya tinggal di kota besar. Harus bisa mempertebal kesabaran. Kenapa aku bilang kayak begitu? Kalian lihat aja nih sekarang mobil aku terjebak di tengah-tengah macet. Salahku juga sih yang bangun kesiangan, hehehe. Yaa tapi kan tetep aja judulnya sekarang aku lagi bete -_- 
Kulirik jam tangan merah yang melingkar di pergelangan tanganku. WHATT!! Mampus 20 menit lagi aku yakin bel masuk sekolah berbunyi. Dan itu artinya aku bakal terlambat. 
"Pak Ri.. Cepetan dong. Aku udah telat nih" Kataku ke Pak Ri -supirku- 
"Aduh, nggak bisa neng. Ini macet banget susah kalau mau nyelip neng" jawab pak Ri 
"Ya udah pak, kecilin aja mobilnya biar bisa nyelip! Cepet pak" kataku tak sabaran. 
"Walaah nggak bisa kali neng" 
"nggak bisa ya pak? Terbangin aja deh pak kalau begitu, terbangin pak" kataku asal 
"Yaelah neng dikecilin aja nggak bisa, apalagi di terbangin neng. Saya mah bukan penyihir atuh neng. It's Impossible... Impossible... Impossible.." Gila supirku aja bisa nyanyi inggris.. Ckckck. 
Denger jawaban pak Ri tadi hampir ngebuat aku putus asa. Tapi... Aha! Aku menjentikkan jariku. Segera ku sampirkan tas ranselku di punggungku. Tarik nafas lalu hembuskan. Tanpa meminta izin, aku segera keluar dari mobil dan langsung berlari. Ku tebak Pak Ri pasti terkejut dengan kenekatanku. Samar kudengar Pak Ri meneriakkan namaku. Tapi tak kuhiraukan. Aku berusaha mencari celah untuk berlari. Peluh keringat keluar dari pori pori kulitku. Wajar, cuaca pagi ini memang panas. Aku terus berlari dan berlari. Hingga aku telah berlari memasuki kompleks sekolahku. Aku berhenti sejenak mengatur nafasku yang memburu. Ku seka peluh yang membasahi dahiku. Tak sengaja kulirik jam tanganku, 07:05 tak ada waktu, 5 menit lagi aku akan benar benar terlambat. Tanpa membuang waktu lebih lama kulanjutkan lariku. Hingga aku mulai melihat pintu gerbang sekolahku. Eh tapi.. Tunggu.. MAMPUS!! Pintunya udah di tutup. Aku berlari lagi, kali ini lebih cepat. Dari luar aku melihat pak Satpam yang sedang duduk santai di pos keamanan. 
"Pak!! Pak satpam bukain dong pintunya!" teriakku. Satpam itu menoleh kearahku. Lalu berjalan mendekati gerbang. 
"Pak pintunya buka ya pak! Please" kataku memohon 
"Tidak bisa, kau sudah terlambat 30 detik" kata pak satpam. Lengkap dengan logat Bataknya. 'Gila, lewat 30 detik doang, udah terlambat' pikirku 
"Yaelah pak lewat 30 detik doang pak, masa terlambat?!" 
"Ini memang sudah peraturannya, dan sekarang kamu sudah terlambat 2 menit" 
"Hah! 2 menit? Masya Allah! Gimana nggak terlambat 2 menit pak. Orang bapak nggak bukain saya pintunya!" protesku 
"Kan saya sudah bilang, ini sudah aturan sekolah pasal 101 (buset dah)! Jadi silahkan kamu pulang" usir pak Satpam. Hheh! Bukan aku namanya kalau nggak punya ide. Oke saatnya beraksi. 
"Hhh.. Yaudah deh pak. Saya bakal pulang. Tapi kalau entar saya di tanya sama orang tua saya. Saya akan bilang, kalau saya diusir, dan dilarang menimba ilmu di sini. Dan saya akan ngelaporin bapak ke HAT! Hak Anak Terlambat *emang ada?* biar bapak nanti dipecat, dihukum, dan dipenjars pak! Saya pulang dulu pak" kataku sok dramatis, sambil berpura-pura akan melangkah pergi. 
"Tunggu..!!"


Membagi Cinta


Telah lama kujaga cinta ini hanya untukmu
Penjarakan rasa ini agar kau tahu aku hanya milikmu
Dan semuanya kurasa begitu indah
Ku rela mati tuk pertahankan cinta ini
Dan tak pernah kusadari dirimu telah membagi cinta

Sungguh aku tak kuasa
Bila tanpamu di sini untukku
Kau pasti takkan mengerti
Rasa yang kau hianati

Perih hati tak bisa menerima
Kehadirannya mengisi hatimu
Walau berat kurasa
Akan kujalani


Song by Detective Joe

Selamat Ulang Tahun








Hari ini ku merangkai kata
Untuk jiwamu yang bahagia
Sang mentari menanti senyumanmu
Untukmu dan semua yang terindah

Hari ini kau menguntai mimpi
Demi hari yang telah pergi
Hidup bukan hanya sekedar cerita
Untukmu lebih indah

Selamat ulang tahun untukmu
Dariku yang teristimewa
Selamat Ulang tahun untukmu
Beri arti jejak langkahmu


Song by Detective Joe

Wanita Terhebat Yang Mencintaiku


Terhampar langit cerah yang tersenyum dan menanti kita
Ketika kita berjalan di bawahnya, terhias senyum mensyukuri nikmat-Nya
Ataukah sebuah memori klasik yang berputar dengan kencang
Disaat kau dan aku, kita bersama, saling mengikat janji-janji dewasa

Kau, wanita terhebat yang mencintaiku
Yang selalu kurindukan kehadirannya

Demi Tuhan, aku sangat beruntung memilikimu
Yang tak disangka kau tumbuh menjadi wanita terhebat yang pernah ada
Seberapa pantaskah kau mencintaiku yang rapuh?
Dan kau percaya kita dapat melakukannya

Kelembutanmu menyapa hari walau sedemikian kerasnya
Tak sekalipun kau langkahkan kakimu untuk mundur,
Meski sedikit dalam tangis...
Tapi terkadang juga gejolak darahmu panas menguap

Kau, wanita terhebat yang mencintaiku
Yang selalu terhempas oleh kekuatan egoku

Siapa saja yang memandangmu akan terpesona
Bukan hanya karena parasmu, bukan hanya karena senyummu
Tapi karena tata laku indahmu
Yang mencuri pandangan dunia untuk memujimu

Tetaplah kita mengukir dunia ini bersama
Memotong garis-garis ketidakmungkinan yang selalu mendekat
Atau memecah sekumpulan cermin masa lalu yang mengancam
Bahkan mengalahkan teori-teori relativitas si jenius fisika

Kau, Wanita terhebat yang mencintaiku
Buatlah aku semakin terjatuh dalam pesonamu
Untuk menyadarkanku dari keputusasaan
Bahwa betapa mudah dan indahnya dunia ini untuk dijalani

Pegang erat tanganku,
dan lebih erat lagi
Dan bawa aku berlari, sejauh mungkin yang kau bisa
Hingga aku dapat melihat cahaya kehidupan yang akan kau ciptakan

Tetaplah menjadi wanita terhebat yang mencintaiku
Sekarang dan selamanya....