La Peregrina



Ini adalah sebuah bentuk cintaku pada mereka. Kasih sayang tiada berujung bagai untaian butiran-butiran mutiara La Peregrina, yang akan terus menemani jiwa ini dalam kegelapan, sebagai cahaya lentera, dan akan terus membawaku keluar dari dalam gua yang gelap dan terendah hina. Ayah dan Ibuku.
            Mereka adalah jiwa dan nafasku, sebagaimana mereka telah memenuhi janji-janji, titipan Illahi, bahwa aku, yang sekarang ini adalah buah dari cinta mereka, yang pahit awalnya dan akan manis akhirnya berkat perjuangannya. Tak dapat ku bayangkan sudah berapa banyak doa-doa yang terucap dari bibir mereka di setiap sujudnya, tak dapat terhitung lagi berapa banyak keringat yang menetes membasahi bajunya dan tetap tersenyum demi menjadikanku seorang manusia sempurna, seutuhnya, dan menjadikan aku sebagai udara untuknya bernafas. Dan yang juga tak dapat kuhitung dan kukira, demi aku, mereka tetap bangkit dan semangat menggelora meski telah merangkak di bawah naungan langit yang memaki, di atas tanah yang lembab dan busuk, serta terseok dan tertatih demi melihatku tak akan seburuk dirinya kelak, seberapa kuatkah optimisme dan harapan mereka kepadaku?
            Sejujurnya, saat ini, belum banyak yang bisa aku perbuat dan berikan kepada mereka. Tapi kalian harus tahu, bahwa tak sedikit pun mereka meminta dan mendesakku. Dan karena itulah, di setiap kulihat senyumnya, ku jadikan sebagai tamparan ataupun pukulan telak bagiku, untuk diriku, yang sampai saat ini hanya terus meminta dan meminta, yang hanya mampu menyalahkan jika secuil pun keinginan tak tercukupi, yang seenaknya, tanpa rasa bersalah, selalu membantah jika ada hal yang tak kusuka dari mereka, dan tak pernah sadar bahwa akulah, yang sesungguhnya, adalah beban nyata yang harus dipikul oleh mereka.
            Demi aku, mereka pun tetap berlari bersama waktu meski harus diperbudak oleh air mata. Segala keluh kesah dan keringat terhapus oleh mimpi-mimpi yang mulia, yang tertanam tepat di depan kedua matanya. Tak sedikit pun ditampakkannya, tak sedikit pun dikeluarkannya.
           
            Maka di saat aku membuka mata, sambil menghirup udara pagi yang segar, dalam sujudku, aku senantiasa berdoa agar mereka tetap selalu menjadi bagian dari diriku, menjadi lentera hidupku, dan tetap menemaniku hingga sang fajar enggan terbit lagi.
            Semua ini hanya sebagian kecil atas pembuktian cintaku padamu. Tak sehelai rambut pun. Tetapi segala harapan dari seorang anak terhadap Ayah dan Ibunya adalah ucapan bahagia dan tangis haru atas usaha demi membalaskan cinta mereka meski tak dapat terkira banyaknya. Maka, demi itu semua, aku sebagai anakmu, akan terus berusaha dan berusaha membahagiakanmu hingga senja akan memelukmu kelak.

Artikel Terkait

0 komentar: