Menurutmu, apakah etika itu ? apa makna cinta yang sejati ?
Kehidupan tak dapat dinilai oleh hanya karena materi semata. Kebahagiaan bukan ada karena itu, melainkan ia dapat diciptakan melalui hati dan pikiran kita. Sejak lahir kita dianugerahi dengan akal pikiran yang diimbangi oleh iman/hati. Kesalahan ataupun kebenaran dapat kita cerna dengan baik. Lantas mengapa kau tak begitu peduli terhadap kesalahan-kesalahan yang telah kau perbuat dan yang kau telah timpakan kepada orang yang tak pernah bersalah lagi padamu seperti aku ? kau seakan menginjak. Kau seakan membunuh. Kau tak lebih dari pecundang. Kau tak tau etika, etika dalam bercinta. Kesemuanya kau ukur dengan materi. Tak sadarkah kau bahwa manusia dilahirkan dengan nasib yang berbeda ? yah, nasibmu sungguh beruntung terlahir dalam kalangan yang serba glamour. Hidup berkecukupan tanpa pernah merasa kekurangan apalagi kelaparan. Hidupmu begitu sempurna. Lain dengan aku, aku hidup dari keluarga yang kurang mampu. Kami hanya bisa makan jika kami tetap membanting tulang, itupun hanya untuk hari ini. Sedangkan kau, hanya berteriak sedikit saja maka makanan yang mewah pun akan datang kepadamu. Jika tak ada beras, selera tak selera, biskuit kering pun kami makan. Beruntung untuk dirimu yang selalu merengek jika hidangannya tak sesuai dengan seleramu. Bahkan kau akan memaki-maki orang tuamu jika tak mampu membelikan apa yang kau mau. Sayangnya, kau belum pernah merasakan tanah merah sebagai tempat tidurmu, kau tidak pernah memakan dedaunan, kau tidak bisa minum kalau bukan dari air yang higienis, kau belum pernah merasakan betapa sulitnya mencari selembar uang, dan kau belum pernah bahkan tidak akan pernah mengalami yang namanya tercekik.
Apakah kau sadar bahwa hati ini telah terkoyak habis karena ulahmu ? kau memang orang besar. Kau memiliki keluarga yang besar dan juga mungkin beberapa bodyguard yang siap membantaiku. Kau memandangku dengan sebelah mata. Begitu gigihnya kau menyebarkan cerita-cerita fitnah tentangku. Telah banyak teman yang kau rampas dari kehidupanku dan semuanya seakan meludahi wajahku. Apakah aku seburuk yang seperti kau umbar-umbarkan ? yah, memang ! akulah manusia paling terhina. Yang termakan oleh masa, dan terinjak oleh keadaan. Bernafas pun mungkin aku sangat kesulitan. Yang belum pernah memegang sekarung uang. Makan tak pernah enak dan tak pernah kenyang. Ingin membayar uang sekolah pun harus berutang. Apakah kau senang mendengarku berkata begitu ? bersenang-senanglah ! tapi air mataku tak murah untukmu. Karena kau tak pernah merasakan kebahagiaan yang telah kualami. Kebahagiaan yang muncul pada saat kekurangan ataupun ketiadaan itu terlewati. Sungguh puas ! sungguh bahagia ! sungguh luar biasa !
Aku memaklumi, kau masih berwatak kekanak-kanakan dan belum dewasa. Belum mengerti salah. Belum mengerti tangis dan air mata. Tapi mengapa kau sungguh tak beretika ? layaknya binatang yang tak mau tahu tentang norma-norma ? tragis ! sekarang kau telah bahagia dengan pangeran berkudamu. CUKUP ! kau senang aku juga senang. Aku tak pernah mempermasalahkan jika kau berpaling karena ketiadaanku, karena kebutuhanmu tak pernah aku cukupi, karena kemauanmu tak pernah ku kabulkan. Aku sadar, bahwa akulah yang menjadi bebanmu. Aku juga menerima dengan ikhlas jika kau memang akan bahagia dengan kehidupanmu yang sekarang. Tapi, aku cuma butuh ketenangan, ketenangan dalam jiwaku sehingga aku dapat hidup seperti sedia kala. ketenangan di saat kau tak mengumbar fitnah lagi. dan ketenangan di saat kau jauh dariku. Aku cuma ingin berpesan, janganlah sekali-kali kau menjadi pecundang. Bila menyalakan api, jangan takut terbakar. Tetapi semuanya akan lancar jika dibarengi dengan etika. Dalam hal ini adalah etika cinta.
Etika Cinta
Diposting oleh Unknown Senin, 22 Agustus 2011 di 23.33
Label: Puisi Cinta dan Kehidupan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar