Her Name’s Wulan



         Satu nama yang sedari dulu amat kurindukan adanya. Wangi tubuhnya yang selalu membuat romaku berdiri. Desahan nafasnya yang lembut seakan membelai setiap sisi sepi kalbuku. Dia sahabat kecilku, dia yang kudamba, dia yang kutunggu, dan dialah yang terindah. Teringat senyumnya 11 tahun yang lalu sebelum aku pindah ke kota lain. Perpisahan yang tidak akan terlupakan di benakku, karena hari itu, langit mendung seakan menggambarkan suasana hatiku yang pedih, angin bertiup kencang ditemani bulir-bulir debu berpusar halus di sekeliling mobilku. Ranting-ranting pohon pun melambai sedih seperti tak merelakan kepindahanku dari desa itu. Terlebih hatiku, sangat merasakan kehilangan yang teramat mendalam karena kutahu aku akan kehilangan sosok itu, sosok yang telah mewarnai hari-hariku selama lima tahun bersamanya. Apakah dia juga merasakan seperti apa yang kurasakan saat itu ? aku tak tahu. Yang terpenting saat itu adalah bagaimana agar aku bisa mengucapkan satu dua patah kata perpisahan dan janji untuk bertemu kembali dengannya. Tapi apa dayaku ? seolah asaku telah pupus, aku pergi meninggalkan desa itu dengan air mata.
Bertahun-tahun sejak perpisahan itu, tanpa ada kabar dan pesan, berangsur-angsur memori itu menghilang. Aku tak memikirkannya lagi. Hari-hariku berjalan dengan biasa. Apapun yang kulakukan hanya terasa biasa. Semangatku terus berjalan dengan biasa saja.

LANTAS APA YANG TERJADI ?

       Dari yang biasa itu, akhirnya aku merasa ada sesuatu yang hilang dan amat dibutuhkan oleh diriku saat ini. Kucoba mencarinya, tapi tak kunjung kudapatkan juga. Hingga asa dan ragaku terasa lelah.
Disaat kurasa langit sore tak begitu indah lagi dan angin yang dulunya sejuk telah terasa hambar, aku berusaha terbangun dari mimpi buruk ini. Segera kuambil satu langkah terukur untuk memulai menemukannya kembali. AKAN KUCARI DIA, HINGGA KE DASAR DUNIA !
Aku terus berlari, terjatuh, berlari, jatuh dan lari lagi. Akhirnya di penghujung pencarian ini, aku menemukan apa yang kurindukan. Tingkahnya, sikapnya, senyum tawanya, dan kekanak-kanakannya seakan mengingatkanku kepada peri kecilku dulu. Semakin aku memperhatikannya semakin tak kusangka dia semakin memenjarakan hatiku. Parasnya yang anggun terselimuti oleh kerudung berwarna merah maroon cukup membuatku tak mengedipkan mata beberapa menit. Tubuhnya yang mungil ditambah penampilannya yang fantastis membuat jantung ini semakin berdetak kencang. 
DIA MENATAPKU ! matanya begitu indah seraya memberiku senyuman dari bibirnya yang merah. Aku terdiam dan terpana. Aku tak dapat bergerak lagi. Kakiku terasa berat seperti tertahan berton-ton batu gunung. 

DIA MENDEKATIKU ! rasanya aku tak dapat bernafas lagi. Keringat dinginku mengucur deras membasahi kerah bajuku. Aku salah tingkah dibuatnya. 

DIA INGIN MENYALAMIKU ! tak kuat aku mengangkat tanganku dan mata ini tak kunjung berkedip. Dengan sekuat tenaga aku berusaha tersenyum untuknya dan menyambut uluran tangannya. Keringatku tambah tak terkendali. Seolah aku tak percaya bahwa apa yang kulihat ini adalah kenyataan. Apakah dia adalah sosok yang kucari selama ini ? diakah yang kurindukan ? diakah yang selalu menghantui fikiranku ? diakah yang kudamba keberadaannya menerangi setiap sisi gelap hati ini ? kaukah itu ? aku menyambut tangannya. Terasa lembut. Terasa lemah. Terasa hangat. Dan terasa luar biasa. Sejenak aku menghirup aroma tubuhnya yang kurindukan. Serta suaranya yang sangat aku kenal. Aku semakin tak percaya. Ini seperti momen yang amat teramat kurindukan datangnya. Aku tak kuat lagi. Bajuku basah oleh keringatku sendiri. Otakku berputar hebat mencari-cari memori yang telah hilang. Aku melihatnya tersenyum lagi kepadaku. Tak sepatah katapun yang dapat aku keluarkan. Aku hanya mematung menantikan kenyataan yang akan dia ucapkan. Tenagaku habis. Mataku sayu. Aku tak kuasa mendengarnya.
“hai, aku Wulan !”

Artikel Terkait

0 komentar: